Apa yang terlintas dibenak teman teman saat aku menyebutkan kata ibu?
Ya... ibu adalah pahlawan kehidupan kita. Kita ada didunia ini, karena perjuangan beliau yang bahkan katanya sakitnya melahirkan itu seperti 20 tulang patah secara bersamaan. Dibalik perjuangan seorang ibu melahirkan, ada yang menjadi pendamping dari pahlawan kehidupan ini, ya betul dokter, bidan dan perawat yang berjuang membatu mengupayakan agar ibu dan bayi bisa lahir dengan selamat.
Rosmiati, Sang Pendamping Pahlawan Kehidupan dari Riau |
Teman-teman pernah mendengar cerita tentang Bidan Rosmiati? Seorang bidan yang pernah menjadi salah satu penerima Penghargaan SATU Indonesia Awards 2012 sekaligus Pahlawan Kesehatan 2016? Bagaimana kisah beliau hingga didaulat jadi pemenang?
Seperti yang kita tahu, dulu angka kematian ibu hamil dan melahirkan sangat tinggi. Aku sendiri saat kehamilan keduaku, aku mengalami preeklampsia berat atau yang lebih dikenal dengan nama peb, yakni preeklampsia +4. Aku jadi tau jika ternyata kehamilan dan melahirkan juga bisa menjadi keadaan berbahaya, iya bukan hanya untuk si ibu tapi bayi juga. Benar ada 2 nyawa dipertaruhkan dalam keadaan ini.
Aku yang tinggal di kota yang Alhamdulillah banyak fasilitas saja masih banyak dapat cerita tentang kejadian semacam ini, bagaimana jika hal ini terjadi di daerah pedalaman yang bahkan kurang fasilitas kesehatan? Belum lagi minimnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya yang mengintai ibu hamil dan apa saja yang dipersiapkan untuk menjalani kehidupan setelah melahirkan.
Hal inilah yang mendorong Bidan Rosmiati untuk mengabdikan diri di daerah terpencil yakni tepatnya Desa Tunggal Rahayu Jaya, Teluk Belengkong, Indragiri Hilir. Beliau memiliki motto hidup, "Buat apa kita hidup, kalau tidak bermanfaat untuk orang banyak". Masya Allah Alhamdulillah, program beliau yang sederhana ini sukses bisa menolong banyak orang di sekitarnya.
Seorang bidan yang berpenampilan teduh yang berkelahiran Riau, 27 Oktober 1984. Beliau merupakan lulusan Akademi Kebidanan di Padang, Sumatera Barat yang memulai karir menjadi seorang bidan desa di Indragiri Hilir sejak tahun 2008, yang dimana saat itu beliau masih berstatus PTT dengan gaji 1,2 juta rupiah. Namun beliau bercerita jika mendapat tunjangan khusus perbulan sebesar 2 juta rupiah.
Tak lama kemudian beliau ditempatkan di Puskesmas Pembantu Desa Tunggal Rahayu Jaya, tepatnya di Kecamatan Teluk Belengkong di pedalaman Inhil. Nah saat itu di sana listrik saja tidak jalan 24 jam, jadi teman-teman bisa bayangkan kan bagaimana adaptasi beliau yang berat saat itu, terlebih ini untuk fasilitas kesehatan masyarakat?
Seperti yang aku jelaskan tadi jika hamil itu seuatu keadaan yang mempertaruhkan 2 nyawa, dan kondisi hamil tak selalu baik-baik saja. Nah di pedalaman desa ini juga ada banyak kasus yang membuat Rosmiati harus merujuk pasien ke RSUD pemkab Indragiri Hilir. Karena medan yang cukup sulit, jadi mau tidak mau ibu hamil dibawa dengan cara evakuasi manual.
Sebagai manusia kita hanya bisa berusaha, namun semua Allah yang menentukan. Ya, si ibu meninggal bersama dengan bayi yang dikandungnya dalam perahu karena perjalanan yang lama menyeberangi sungai. Sedih sekali rasanya aku mendengar hal ini.
Kejadian itulah yang membuat Bidan Rosmiati menjadi semakin terdorong untuk memperjuangkan kesejahteraan ibu dan anak. Beliau membuat program Tabungan Ibu Bersalin alias TIB, yang ditujukan khusus bagi ibu-ibu yang akan menjalani persalinan di desa tersebut.
Adanya Tabungan ini dia gulirkan melalui musyawarah dengan ibu-ibu serta pemerintah setempat dan warga sekitar. Yakni Program Tabungan Ibu Bersalin yang akhirnya bisa berjalan sejak Januari 2009. Program inu beliau jalankan bersama dengan perangkat desa, kader posyandu dan PKK.
Target utama dari program ini yakni selama masa kehamilan, diharapkan ibu hamil memiliki tabungan minimal 350 ribu rupiah untuk biaya persalinan. Ternyata ini merupakan biaya transportasi untuk ibu hamil yang akan dirujuk ke rumah sakit, karena paling sering kematian ibu hamil ini dikarenakan perjalanan ke RS yang sangat jauh. Nah dengan adanya TIB ini, diharapkan ibu akan bisa lebih nyaman untuk sampai ke RS dengan transportasi yang minim.
Jujur saat beliau cerita ini aku flashback bagaimana keadaanku yang hamil preeklampsia +3 ke +4 itu sangat cepat, iya selangnya hanya dari duhur ke ashar saja. Karena aku terdeteksinya juga baru saat hamil 7 bulan, padahal sebelumnya tes darah lolos karena aman tidak ada tanda-tanda darah tinggi atau sakit lainnya. Siapa sangka jika seminggu kemudian paru-paruku terisi cairan dan bahayanya lagi sudah lari ke jantung dan ginjal. Karena hal inilah penting sekali penanganan dan transportasi yang memadai menjadi bagian dari proses untuk melahirkan.
Lanjut kembali tentang program Bidan Rosmiati ya gais... Bak gayung bersambut, pemerintah desa dan warga menyambut baik dan menjalankan program ini dengan antusias. Terlebih lagi jika tabungan ini juga disesuaikan dengan kemampuan masing-masing warga. Karena kita tahu kalau jika kemampuan ekonomi tiap keluarga itu berbeda. Masyarakat juga senang dan merasa sama sekali tidak terbebani, karena jika tabungan ini tidak digunakan untuk hal mendadak, maka uang yang ada dalam 5abungan tersebut akan dikembalikan secara utuh.
Nah selain adanya TIB ini, bidan Rosmiati juga memiliki program tabungan dana sehat (TDS) dan ini berkisar hanya 2 ribu rupiah saja per bulan setiap KK. Tujuan adanya dana ini yakni untuk bantuan dana sosial desa, terutama untuk transportasi bagi warga yang sakit. Masya Allah program yang sangat bermanfaat sekali kan teman-teman.
Masyarakat turut senang dan Alhamdulillah program milik bidan Rosmiati dalam infrastruktur minim ini, ternyata didaulat menjadi salah satu pemenang penghargaan SATU Indonesia Awards dari PT Astra International Tbk yang diberikan pada 20 Oktober 2012 lalu.
Belum berhenti disitu, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Inhil juga turut mendaftarkan bidan Rosmiati karena program yang dirasakan sangat bermanfaat ini. Dimana saat itu beliau menjabat sebagai Ketua IBI Ranting Teluk Belengkong. Kemudian setelah diverifikasi dalam program, ternyata beliau sukses mendapat penghargaan yakni sebagai penggerak kesehatan ibu dan anak. Masya Allah kisahnya benar-benar bikin merinding.
Namun sayangnya saat hari itu Bidan Rosmiati tidak bisa datang karena beliau sedang hamil tua. Beliau memberi nama anaknya Astra karena sebagai rasa syukur mendapatkan penghargaan tersebut.
Selain penghargaan diatas, ditahun 2016, Bidan Rosmiati juga berhasil mendapat penghargaan Pahlawan Kesehatan yakni dari MNC dalam program Pahlawan untuk Indonesia. Masya Allah, keren sekali sih memang beliau ini.
Sungguh aku merasa turut bangga dengan penghargaan beliau. Aku jadi merasa terpacu untuk terus menjadi bermanfaat dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Untuk semua bidan dan terutama bidan Rosmiati, aku ucapkan banyak terima kasih untuk perjuangan kalian mendampingi ibu hamil hingga melahirkan dan bahkan berkelanjutan mendampingi hingga anak usia balita. Terima kasih bersedia menjadi pendamping sang pahlawan kehidupan yang nantinya akan melanjutkan perjuangab untuk membangun negeri kita ini. Semoga Allah membalas segala kebaikan kalian dengan surgaNya.
#BersamaBerkaryaBerkelanjutan #KitaSATUIndonesia
aku selalu terharu mbak liat perjuangan bidan atau dokter di daerah terpencil
BalasHapusdi tempat seperti itu mereka masih semangat buat membantu banyak orang
semoga sehat selalu untuk bu Rosmiati
Kisahnya sangat menginspirasi. Semoga ibu Rosmiati senantiasa diberi kesehatan dan dapat mendampingi ibu2 di daerahnya yang melahirkan. Mudah2an kisah ini menginspirasi tenaga kesehatan yg juga bertugas di daerah pedalaman. Semoga diberi kelancaran dan lemudahan dalam menjalankan tugasnya.
BalasHapus