Setiap kita pasti punya penyesalan dalam hidup ini. Betul, hidup pasti tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan tapi bagaimanapun nasi sudah menjadi bubur.
Nah di postingan kali ini, ijinkan aku sedikit cerita beberapa penyesalan atas keputusan yang telah aku ambil selama ini.
Kurang Belajar Agama
Sungguh diusia akan menginjak kepala 3, tapi aku sering merasa pengetahuan agamaku masih segini-segini aja, apalagi soal hafalan. Sedih banget Impianku menjadi ibu, istri anak yang soleha tapi untuk mengaji saja aku masih sering terbata, ya Allah ampuni hamba. Dulu aku takut mengaji karena terbata takut salah malah beda arti, tapi setelah beberapa kali dapat nasihat untuk tetap belajar mengaji meskipun terbata itu tidak apa-apa, kan msih belajar. Itu yang aku tanamkan sama juga Naufal apalagi dia pelafalannya masih pelat banget. Dengan begini dia bisa memiliki rasa percaya diri lebih untuk belajar daripada aku yang sering patah semangat dulu. Aku masih terus ingin belajar untuk dirinya dan diriku sendiri.
Berhenti Tidak Kuliah
Alasan ekonomi sangat klise, tapi harusnya aku tidak menyerah untuk itu. Aku terlalu bingung antara keinginan kuliah dan permintaan emak untuk aku menikah. Padahal bisa saja waktu itu aku menikah tapi tetap kuliah, entah kenapa aku dulu malu, karena banyak gosip nikah muda itu hamil duluan, atau nanti akan bingung kerja sambil kuliah dan ngemong anak. Penyesalanku terlalu mendengarkan omongan orang, akhirnya membuat mental down dan seperti ini jadinya. Keinginan belajar sering menyeruak dalam diri, tapi ya aku sadar kemampuanku untuk mengingat mulai menurun, apalagi jika ada masalah keluarga ya sangat kurang bisa berfikir jernih, jadi untuk mengobati keinginanku itu aku sering ikut pelatihan, kesempatan belajar apapun yang sekiranya aku suka aku ikuti. Setidaknya dengan begitu selain ilmu bisa bertambah bisa mengurangi rasa penyesalan atas diriku.
Trauma Mengendarai Motor
Usia segini belum bisa mengendarai motor sendiri. Untung sekarang sudah ada gojek, tapi juga tetap rasanya berbeda. Ingin belajar tapi tidak diijinkan suami sementara ini. Andai saja aku udah bisa sejak dulu. Padahal sih ya kalau aku bisa menghilangkan bayang-bayang orang jahat itu harusnya aku mengendarai motor sendiri, kehantam pandemi ini malah di rumah saja. Tapi mungkin beberapa bulan depan aku bakalan belajar naik motor lagi, bismillah semangat... aku pasti bisa.
Batal Membangun Rumah Sebelum Menikah
Mungkin ada beberapa teman yang sudah tau kalau aku tidak boleh pindah sama emak, tapi seharusnya waktu itu aku tidak masalah tidak pindah tapi rumah tetap aku bangun. Karena makin lama biaya membangun rumah juga semakin besar. Dan selama ini yang aku investasikan berupa tanah, dan jual kembali ini tidak mudah. Apalagi jika ingin membeli perumahan, untuk KPR suami jelas menolak karena kami juga tidak memiliki penghasilan pasti perbulannya. Jadi untuk kami mungkin memang lebih tepat untuk menabung dan suatu saat bisa membangun rumah selain yang aku tempati ini. Tapi hati tidak bisa berbohong untuk ingin memiliki rumah sendiri. Mungkin akhirnya pelariannya menjadi ingin pergi cari hotel diskon untuk staycation. Tapi semenjak akhir tahun 2019 kami sudah tidak pernah staycation lagi, dan mungkin bakalan pikir-pikir lagi untuk staycation hemat, karena sementara ini harus lebih bisa mengatur uang untuk kebutuhan lainnya.
Meminjamkan Uang
Memberi hutang adalah hal mulia menurut agama, tapi entah bagaimana beberapa kali jadinya aku malah dijauhi, atau bahkan pernah ada yang marah-marah yang akhirnya berkata tidak-tidak, padahal saat itu aku memintanya baik-baik dan itu kali pertama aku menagih itupun saat aku membutuhkan dan masa pinjamnya sudah cukup lama menurutku. Padahal aku tipikal orang paling gak bisaan, aku pernah di tahap yang benar-benar minus, dan Alhamdulillah Allah kirim orang-orang baik untuk bertemu denganku, jadi aku pingin bisa kayak mereka. Tapi yasudahlah, buat pelajaran aku juga jika harus tetap memiliki tabungan yang benar-benar cukup diluar memberi pinjaman hutang itu, takutnya ada penyesalan karena tidak bisa menagih.
Sebagai manusia memiliki rasa kekecewaan, kesedihan atau bahkan mungkin rasa menyesal itu manusiawi. Penyesalan dalam hidup pasti ada, tapi kita tidak boleh selalu larut didalamnya. Pasti ada hikmah yang bisa kita petik di dalamnya.
Gusti Allah mboten sare.., mbak Ade tetap semangat, tetap ikhtiar.., semua pasti ada hikmahnya yang bahkan baru bisa kita mengerti setelah belasan atau bahkan puluhan tahun kemudian.., Bismillah.. nasi sudah menjadi bubur kini kita usahakan utk bisa menambahkan irisan ayam, telur, bawang goreng, sambal dan kerupuknya .. hingga menjadi bubur ayam ternikmat yang bisa kita syukuri..- salam Barokallah mbak 🥰💜
BalasHapus